7 Fakta tentang tes IQ

Intelligence Quotient atau IQ seseorang biasanya dihitung
berdasarkan kemampuan kognisi, analisis, logika, penalaran, dan
lain-lain. Selama ini IQ dikenal sebagai salah satu ukuran yang paling
sering digunakan untuk menilai kecerdasan seseorang. Bahkan ada
perkumpulan atau klub eksklusif buat orang-orang dengan IQ tertinggi di dunia, MENSA. Orang-orang ini dijuluki jenius dan dianggap kelak bisa meraih kesuksesan besar.
Ada yang di keseharian biasa saja, ternyata saat tes IQ score-nya
mendekati jenius. Ada juga yang mencoba lebih dari sekali, dan hasil
yang terakhir lebih rendah dari sebelumnya. Apa itu artinya kecerdasan
seseorang bisa berubah? Dan apa iya, dia yang IQ-nya tinggi sudah pasti
sukses di kemudian hari? Ternyata tidak. Nih Hipwee News & Feature
sudah mengumpulkan fakta-faktanya.
Tak perlu minder kalau hasil tes IQ-mu nggak sesuai harapan, belum tentu IQ tinggi memastikan kamu cerdas luar biasa.
1. Fungsi asli tes IQ bukanlah mengukur kecerdasan. Melainkan untuk melihat kesesuaian antara umur dengan kepribadian

Tes
IQ pertama kali muncul tahun 1900-an oleh Alfred Bined dan Theodore
Simone untuk mengukur kemampuan mental. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tahun
1912, penelitian dilanjutkan oleh William Stern, untuk mengetahui
kesesuaian antara usia anak dengan kepribadiannya selama ini. Tes ini
dilakukan kepada anak sebelum usianya 15 tahun. Kenapa berhenti di usia
15? Karena di usia itu anak dianggap sudah memasuki usia dewasa,
sehingga mentalnya lebih stabil.
Jadi sejak awal, tes IQ yang kita kenal sekarang sebenarnya bukanlah ditujukan untuk mengukur kecerdasan seseorang.
2. Sekarang tes IQ digunakan untuk mengukur kecerdasan. Padahal dulu IQ digunakan untuk mengukur keterbelakangan mental

Saat ini, ada beberapa standar untuk menentukan IQ-mu masuk kategori apa. Score 70-90 termasuk kategori low, 90-120 termasuk rata-rata, dan 120 ke atas termasuk kategori jenius. Padahal dulunya, bukan score yang tinggi yang menjadi perhatian, melainkan nilai yang rendah. Seseorang dikatakan mengalami keterbelakangan mental bila score IQ dibawah 70.
3. Ada yang jago matematika, ada yang jago menggambar. Otak manusia tak bisa ditentukan kecerdasannya dalam kerangka hitam-putih saja

Tes
IQ dianggap kurang relevan, karena lebih fokus pada karakteristik
matematika. Nggak heran kalau orang-orang yang IQ-nya tinggi biasanya
bergelut di bidang teknologi atau ilmu pasti. Padahal setiap orang
memiliki bidang yang berbeda-beda. Einstein boleh jago rumus-rumus
matematika dan fisika, tapi sang ilmuwan mengalami kesulitan di bidang
bahasa.
Penerapan satu standar untuk menentukan kecerdasan seseorang ini
dianggap nggak fair, karena nggak semua orang suka matematika bukan?
Saat
mengikuti tes IQ, waktu adalah hal yang sangat menentukan. Inti dari
tes itu adalah kamu diminta mengerjakan beberapa soal dalam waktu yang
terbatas. Nah, dari sini muncul anggapan bahwa seseorang yang IQ-nya
tinggi bisa menjawab pertanyaan dengan cepat. Belum tentu. Ketika sebuah
pertanyaan dilontarkan, bahkan orang yang cerdas pun butuh waktu untuk
memikirkan atau mengingat jawabannya dan memikirkan ulang untuk
meyakinkan apakah itu jawaban itu sudah benar.
Ada banyak hal yang menentukan score
tes IQ-mu. Kalau kamu sedang kurang enak badan atau sedang dalam
kondisi psikologis yang buruk, mengerjakan soal-soal tentu memberatkan.
Karena inilah, tes IQ bisa berubah-ubah setiap waktu. Selain itu, tes IQ
mungkin bisa menunjukan potensimu. Apakah kamu berbakat di bidang
matematika, ataukah bahasa, ataukah seni. Tapi score tes IQ
sama sekali nggak berkaitan dengan kebahagiaan apalagi moral. Yang
IQ-nya lebih rendah, belum tentu lebih gagal daripada yang IQ-nya lebih
tinggi.
Einstein
selalu menjadi rujukan orang ber-IQ tinggi. Namun ternyata, Sebenarnya
ada beberapa sumber mengenai berapa score IQ Einstein. Ada yang bilang
160, ada juga yang percaya 180. Yang jelas dengan tingkat kecerdasannya
itu, dia berhasil menemukan teori relativitas dan berbagai teori penting
yang kita pakai sampai saat ini. Tapi nyatanya banyak lho orang yang
IQ-nya lebih tinggi dari Einstein.
Seorang insinyur di Korea Selatan, Kim Ung Yong memiliki IQ 210. Pegawai NASA blasteran Jepang – Amerika, Christoper Hirata memiliki IQ 225. Sementara orang paling jenius sedunia adalah William James Sidia, si anak ajaib yang IQ-nya mencapai 300. Wow!
Mitos
yang beredar selama ini memang kecerdasan seseorang menentukan
kesuksesan di masa depan. Padahal dari kasus Einstein saja sudah
terlihat bahwa itu bukan kenyataan. Meski Einstein punya IQ 160 – 180,
tapi yang membuatnya terkenal adalah hasil pemikiran dan teori
relativitasnya. Bila Einstein nggak menemukan teori relativitas, mungkin
namanya tak setenar sekarang. Lalu bandingkan dengan William James
Sidis yang memiliki IQ tertinggi di dunia. Dibanding Einstein,
kesuksesannya tentu tak seberapa.
Percaya atau tidak, dengan IQ 50-75 kamu sudah bisa menjalani hidup manusia biasa. Bisa berkomunikasi, mendapat surat izin mengemudi, pacaran dan nikah. Plus kabar baiknya, kecerdasan bukanlah sesuatu yang nggak bisa diubah. Jangan minder bila tes IQ-mu jauh dari harapan. Apalah artinya sebuah angka yang bisa berubah-ubah juga. Lagipula, kecerdasan saja nggak cukup untuk meraih kesuksesan. Ada tekad, kesempatan, kemauan, dan keberanian untuk mencoba yang nggak kalah menentukannya.
4. Katanya kalau IQ-nya tinggi, soal apapun bisa dikerjakan dengan cepat. Padahal Einstein yang secerdas itu pun terkenal lamban menjawab pertanyaan

5. Hasil IQ tak selalu tepat dan menggambarkan “apa adanya” dirimu. Bahkan score IQ bisa berubah-ubah setiap waktu

6. IQ Albert Einstein hanya separuh dari orang yang IQ-nya tertinggi di dunia. Hayo kira-kira siapa?

James William Sidis
Seorang insinyur di Korea Selatan, Kim Ung Yong memiliki IQ 210. Pegawai NASA blasteran Jepang – Amerika, Christoper Hirata memiliki IQ 225. Sementara orang paling jenius sedunia adalah William James Sidia, si anak ajaib yang IQ-nya mencapai 300. Wow!
7. IQ bisa menentukan kesuksesan seseorang di masa depan itu mitos semata. Butuh lebih dari sekadar IQ tinggi untuk bisa berjaya

Percaya atau tidak, dengan IQ 50-75 kamu sudah bisa menjalani hidup manusia biasa. Bisa berkomunikasi, mendapat surat izin mengemudi, pacaran dan nikah. Plus kabar baiknya, kecerdasan bukanlah sesuatu yang nggak bisa diubah. Jangan minder bila tes IQ-mu jauh dari harapan. Apalah artinya sebuah angka yang bisa berubah-ubah juga. Lagipula, kecerdasan saja nggak cukup untuk meraih kesuksesan. Ada tekad, kesempatan, kemauan, dan keberanian untuk mencoba yang nggak kalah menentukannya.
Komentar
Posting Komentar